Beberapa bulan belakangan ini gue sedikit pusing dengan berita-berita soal media sosial. Isinya ngga lain dari penyalahgunaan media sosial untuk menyebarkan informasi bohong.
Lebih parahnya, yang konsumsi berita bohong itu langsung percaya. Jadilah kekisruhan. Seperti halnya lidah, susah juga menjaga jemari supaya ngga ngetik sembarangan di media sosial.
Gue pribadi jadi agak takut untuk pakai media sosial lagi. Soalnya takut dianggap menyebar berita bohong alias hoax dan parahnya dikira pencemaran nama baik.
Gue memutuskan jadi silent reader ajah. Walaupun gue sering dapet banyak berita bohong dan agak mual juga bacanya. Kenapa? Karena bahasa yang dipakai oleh pembuat berita bohong tuh berlebihan.
Contohnya:
Tolong beritahukan anak2, suami, isteri, dan semua teman2mu. Perhatian: Mulai saat ini jangan makan makanan kaleng2an, terutama buah2an, khususnya produksi negara xxx. Karena di negara ini ada kira2 dua ratus orang pengidap aids kerja di pabrik kalengan, dan mereka masukkan darah mereka ke dalam kaleng2an itu, dan saat ini masalah tersebut telah diketahui DepKes negara xxx sehingga kaleng2an tersebut telah banyak di sita ttpi lebih banyak yg sdh terlajur diekspor. Contoh: Lecy, rambutan, lengkeng, mangga puding, dll. Setelah terima bbm ini cepat kirim ke saudar2 n teman2mu semua. Agar tidak konsumsi kalengan apapun… Demi keselamatan kita semua.
Itu satu contoh yang gue dapat dari internet. Negaranya sengaja ngga gue cantumkan dan broadcast info itu datang katanya dari kementerian kesehatan Indonesia.
Tapi, bisa diliat kan itu bagaimana tutur bahasanya. Kalau memang itu resmi, masa iya kementerian kesehatan pakai kata-kata yang disingkat saat menyampaikan info resmi. Lebih dari itu, bahasanya tuh LEBAY!!! Gue aja geli bacanya, hahahaha!
Jadi, kita harus bisa lah pilah-pilah informasi. Biar apa? Biar hidup kita happy dan ngga kesel diboongin sama berita hoax. Yuks ah.